DISINIAJA.CO – Hidup di dunia sering kali membuat kita terlena oleh ambisi yang tiada henti.
Harta, kedudukan, dan keindahan dunia sering menjadi tolak ukur kebahagiaan.
Namun, Rasulullah mengingatkan kita untuk tetap menjaga keseimbangan antara usaha dan rasa syukur kepada Allah .
Syaikh Abdul Aziz Ibnu Baaz rahimahullahu ta’ala pernah menyampaikan bahwa seorang hamba diperkenankan mencari rezeki dan menempuh usaha, tetapi jangan sampai kesibukan itu mengalihkan kita dari ketaatan kepada Allah dan kewajiban sebagai hamba-Nya.
Pandangan yang Membawa Ketentraman
Rasulullah SAW bersabda: “Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA)
Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Ketika kita hanya melihat ke atas, ke arah mereka yang memiliki lebih banyak harta atau keindahan dunia, hal itu bisa menimbulkan rasa tidak puas, bahkan iri. Sebaliknya, dengan melihat mereka yang berada di bawah kita, kita akan lebih memahami betapa besar nikmat Allah kepada kita.
Bersyukur dalam Urusan Dunia
Syaikh Ibnu Baaz menjelaskan, dalam urusan dunia, hendaknya kita melihat orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita. Dengan cara ini, kita bisa menyadari betapa Allah telah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya:
Jika kita memiliki rumah, ingatlah mereka yang hanya mampu menyewa.
Jika kita memiliki rumah besar, pikirkan mereka yang tinggal di tempat sempit yang bahkan tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dengan menyadari hal ini, hati kita akan lebih mudah bersyukur dan tidak terjebak dalam ambisi dunia yang tidak ada habisnya.
Meneladani Orang Baik dalam Urusan Akhirat
Sebaliknya, dalam hal ketaatan dan urusan akhirat, kita dianjurkan untuk melihat mereka yang lebih unggul. Orang-orang yang memiliki iman kuat, beramal saleh, dan terus mendekatkan diri kepada Allah seharusnya menjadi teladan kita. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah dan amalan kita.
Menjaga Keseimbangan
Pada akhirnya, hidup yang seimbang adalah kunci untuk tetap berada di jalan yang diridhai Allah.
Usaha untuk dunia tetap penting, tetapi jangan sampai melupakan kewajiban kita kepada-Nya. Dengan senantiasa bersyukur, hati kita akan tenang, dan hidup menjadi lebih bermakna.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13).