DISINIAJA.CO – Sakit perut merupakan keluhan yang sering dialami anak-anak. Dalam banyak kasus, kondisi ini biasanya ringan dan akan mereda dengan sendirinya.
Namun, orang tua perlu berhati-hati jika keluhan perut yang dialami anak semakin parah, tidak kunjung reda, atau muncul bersama gejala lain yang mengkhawatirkan.
Dokter anak menegaskan bahwa penting untuk memahami tanda-tanda peringatan dini agar kondisi serius bisa ditangani lebih cepat.
Artikel ini membahas berbagai tanda peringatan sakit perut pada anak, perbedaan nyeri akut dan kronis, serta kemungkinan penyebab lain yang kerap terjadi, termasuk cacingan dan gangguan fungsional.
Sakit Perut pada Anak: Antara Umum dan Berbahaya
Sakit perut merupakan salah satu alasan terbanyak anak dibawa ke dokter. Penyebabnya bisa sangat beragam, mulai dari makanan yang sulit dicerna, infeksi ringan, hingga kondisi medis serius yang membutuhkan tindakan segera.
Pada banyak kasus, sakit perut pada anak tidak berbahaya. Misalnya, setelah mengonsumsi makanan pedas, minum terlalu banyak minuman bersoda, atau akibat stres ringan menjelang ujian di sekolah.
Namun, orang tua tetap tidak boleh menyepelekan gejala ini, karena sakit perut juga bisa menjadi tanda awal dari penyakit yang lebih serius.
1. Nyeri Perut yang Terus-Menerus
Tanda pertama yang harus diwaspadai adalah nyeri perut yang terus-menerus. Jika anak mengeluh sakit perut berkepanjangan, terutama bila disertai muntah berulang, diare berdarah, atau demam tinggi, orang tua harus segera mencari pertolongan medis.
Nyeri perut yang tidak kunjung reda bisa mengindikasikan adanya infeksi pada saluran pencernaan, peradangan usus buntu (appendicitis), hingga gangguan organ dalam lainnya. Kondisi ini membutuhkan diagnosis cepat agar tidak menimbulkan komplikasi berbahaya.
2. Kenali Tanda-Tanda Bahaya
Dokter anak menyebut ada sejumlah gejala bahaya yang perlu diwaspadai orang tua ketika anak mengalami sakit perut, antara lain:
Perut terasa keras atau kaku saat disentuh.
Anak tampak sangat lemah, pucat, atau lesu berlebihan.
Nyeri perut muncul tiba-tiba dan semakin memburuk dalam waktu singkat.
Sakit perut disertai muntah hijau, darah, atau muntah berulang tanpa henti.
Terjadi penurunan berat badan secara drastis tanpa alasan jelas.
Anak mengalami sulit buang air kecil atau terdapat darah dalam urine.
Jika gejala ini muncul, orang tua tidak boleh menunda. Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
3. Nyeri Perut Fungsional
Tidak semua sakit perut pada anak disebabkan oleh penyakit serius. Ada kalanya anak mengalami nyeri perut fungsional, yaitu kondisi nyeri yang tidak terkait dengan gangguan organ tertentu.
Nyeri perut fungsional sering kali berhubungan dengan faktor psikologis, seperti stres, kecemasan, atau tekanan emosional.
Misalnya, anak yang takut menghadapi ujian, sulit beradaptasi di lingkungan sekolah baru, atau memiliki konflik dengan teman sebaya bisa mengalami keluhan sakit perut berulang.
Meskipun tidak berbahaya, nyeri fungsional tetap perlu ditangani dengan pendekatan yang tepat. Orang tua dapat memberikan dukungan emosional, menciptakan suasana rumah yang nyaman, dan membantu anak mengelola stres.
4. Nyeri Akut vs Nyeri Kronis
Sakit perut pada anak dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut biasanya muncul secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi. Kondisi ini sering kali menandakan masalah serius seperti radang usus buntu, infeksi saluran kemih, atau keracunan makanan. Penanganan medis segera sangat diperlukan agar tidak menimbulkan risiko komplikasi.
Nyeri kronis berlangsung lebih lama, biasanya lebih dari dua minggu, dan bisa hilang timbul. Penyebab nyeri kronis dapat bervariasi, mulai dari intoleransi makanan, masalah lambung, hingga gangguan pencernaan yang lebih kompleks.
Memahami perbedaan ini penting agar orang tua bisa segera menentukan langkah yang tepat: apakah cukup dengan perawatan di rumah atau harus segera ke dokter.
5. Waspadai Cacingan
Salah satu penyebab klasik sakit perut pada anak di Indonesia adalah cacingan. Kondisi ini masih sering dijumpai, terutama pada anak-anak yang kurang menjaga kebersihan diri atau lingkungan.
Cacingan dapat menimbulkan gejala berupa perut buncit, nafsu makan menurun, berat badan sulit naik, hingga nyeri perut yang berulang. Infeksi cacing juga bisa menyebabkan anemia karena cacing menyerap nutrisi dari tubuh anak.
Untuk mencegahnya, anak perlu diajarkan menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, memotong kuku, dan menghindari jajan sembarangan. Pemberian obat cacing secara rutin sesuai anjuran dokter juga penting untuk mencegah risiko infeksi.
—
Kapan Harus ke Dokter?
Orang tua sering kali bingung menentukan kapan sakit perut anak masih tergolong ringan dan kapan harus segera dibawa ke dokter. Sebagai panduan, berikut kondisi yang membutuhkan pertolongan medis segera:
Anak tidak bisa beraktivitas normal karena sakit perut.
Rasa sakit disertai muntah darah atau feses berwarna hitam.
Perut tampak membesar secara tidak wajar.
Nyeri disertai dehidrasi berat, seperti mulut kering, jarang buang air kecil, dan mata cekung.
Anak tampak linglung atau kehilangan kesadaran.
Semakin cepat anak mendapatkan pemeriksaan medis, semakin besar kemungkinan penyebabnya bisa ditangani dengan baik.
—
Peran Orang Tua dalam Pencegahan
Selain mengenali tanda-tanda bahaya, orang tua juga memiliki peran penting dalam mencegah sakit perut berulang pada anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Memberikan makanan bergizi seimbang dengan cukup serat.
Membiasakan anak minum air putih yang cukup.
Menjaga kebersihan makanan dan peralatan makan.
Membatasi konsumsi makanan cepat saji atau minuman manis berlebihan.
Mengajarkan kebiasaan cuci tangan sebelum makan.
Memastikan anak cukup tidur dan berolahraga secara teratur.
Dengan pola hidup sehat, risiko sakit perut akibat gangguan pencernaan dapat dikurangi secara signifikan.