Film Lyora: Penantian Buah Hati Angkat Perjuangan Pasangan Menanti Kehamilan, Tayang 7 Agustus

Film Lyora

DISINIAJA.CO – Film Lyora: Penantian Buah Hati* siap tayang di bioskop mulai 7 Agustus 2025.

Mengusung tema yang menyentuh dan relevan, film Lyora menyajikan kisah perjuangan pasangan dalam menghadapi aral kehamilan dari berbagai perspektif, bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga emosional dan sosial.

Penulis skenario Titien Wattimena bersama Priska Amalia menjelaskan bahwa film ini bukanlah biopik dari satu individu, melainkan gabungan dari berbagai kisah nyata pasangan yang berjuang mendapatkan keturunan.

Salah satu karakter utamanya, Lyora—yang diperankan oleh Marsha Timothy—terinspirasi sebagian dari kisah pribadi politisi dan jurnalis Meutya Hafid.

“Ini berdasarkan kisah nyata dari banyak pasangan. Kami mencoba menggabungkan banyak cerita menjadi satu film ini dengan lini waktu penceritaan yang memang berdasarkan kejadian riil,” ujar Titien dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/8).

Konflik dalam film dirancang tumbuh secara organik, menampilkan berbagai rintangan, termasuk tekanan sosial, prosedur medis seperti suntik hormon, hingga gangguan eksternal seperti pandemi COVID-19.

“Halangan-halangan itu menjadi kendaraan untuk menyampaikan pesan bahwa setiap perjuangan menuju kehamilan tidak pernah mudah, dan seringkali semakin berat seiring waktu,” tambah Titien.

Titien juga menegaskan pentingnya sensitivitas dalam menyusun cerita. Tim penulis berupaya agar narasi yang dibangun tidak melukai perasaan pasangan yang sedang dalam proses serupa, sekaligus memberikan ruang untuk refleksi dan empati. “Tujuan dari sebuah perjuangan bukan semata hasil akhirnya, tapi bagaimana perjalanan itu dijalani,” jelasnya.

Sutradara Pritagita Arianegara menambahkan, meski bukan biopik, karakter Lyora terinspirasi dari Meutya Hafid. “Yang aku ambil dari Bu Meutya adalah pengalamannya sebagai perempuan modern yang sukses, namun tetap mengalami pergulatan batin karena belum memiliki anak,” ungkap Pritagita.

Menurutnya, hal tersebut membuat film Lyora terasa dekat dengan realitas banyak perempuan. “Kita ingin mengangkat sisi manusiawi dari sosok seperti Meutya—bagaimana rasanya ketika seseorang yang secara sosial dianggap ‘berhasil’, tetap merasa ada yang kurang dalam hidupnya,” tambahnya.

Tak hanya berfokus pada perempuan, film ini juga menggambarkan perspektif sang suami, Fajrie, yang dengan penuh kesabaran mendampingi istrinya dalam perjalanan panjang menuju program bayi tabung. Penonton diajak merasakan bagaimana tekanan dan naik-turunnya emosi yang dirasakan pasangan dalam proses tersebut.

Film ini diharapkan tidak hanya menjadi tontonan yang menghibur, tetapi juga menjadi ruang dialog yang membuka pemahaman masyarakat tentang isu infertilitas dan perjuangan pasangan dalam membentuk keluarga.

Dengan alur cerita yang emosional, kuat secara naratif, dan penuh empati, Lyora: Penantian Buah Hati diprediksi akan menjadi film yang menyentuh banyak hati.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post