DISINIAJA.CO – Penentuan awal bulan Ramadan 1446 Hijriah atau 1 Ramadan 2025 menggunakan pendekatan keilmuan yang matang, di mana di Indonesia terdapat dua metode utama yang sering digunakan, yaitu hisab dan rukyat.
Masing-masing metode memiliki keunggulan yang saling melengkapi dalam menentukan waktu puasa dan Idulfitri.
Thomas Jamaludin, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa meskipun kedua metode ini berbeda, keduanya saling melengkapi dalam penentuan awal bulan Ramadan 2025.
“Namun yang jelas, dua metode ini saling melengkapi dalam penentuan Ramadan, termasuk juga nanti Idulfitri,” ungkap Thomas dalam acara BRIN Talkshow Potensi Awal Puasa dan Lebaran Menurut Ilmu Astronomi yang disiarkan melalui YouTube BRIN pada Rabu, 26 Februari 2025.
Metode Rukyat dan Hisab:
Metode rukyat adalah proses pengamatan langsung terhadap hilal atau bulan sabit yang menandakan awal bulan Hijriah.
Proses ini bergantung pada penglihatan fisik bulan yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan kontras cahaya senja, yang dapat mempengaruhi akurasi pengamatan.
Sebaliknya, hisab adalah metode perhitungan posisi bulan dan matahari berdasarkan ilmu astronomi.
Dalam hisab, hasil pengamatan rukyat diformulasikan menjadi perhitungan matematis posisi bulan yang kemudian dapat digunakan untuk memperkirakan kapan hilal akan terlihat.
“Hasil rukyat diformulasikan menjadi formulasi perhitungan posisi bulan, dan dari hasil perhitungan itu, kita bisa memperkirakan rukyatnya,” jelas Thomas.
Perbedaan dalam Kriteria Penetapan Hilal:
Thomas menambahkan bahwa perbedaan yang sering terjadi dalam penetapan awal bulan Hijriah di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh perbedaan kriteria penentuan hilal, bukan semata-mata oleh perbedaan metode hisab dan rukyat.
“Ternyata, penyebab utamanya adalah perbedaan kriteria. Ketika menggunakan kriteria apakah bulan ini bisa teramati atau tidak, itu biasanya mensyaratkan ketinggian tertentu atau jarak bulan dan matahari yang disebut elongasi tertentu,” paparnya.
Harapan untuk Akurasi yang Lebih Tinggi:
Dengan adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, Thomas berharap penentuan awal bulan Hijriah akan semakin akurat dan diterima oleh berbagai pihak.
Ia menegaskan bahwa baik metode hisab maupun rukyat memiliki tujuan yang sama, yakni memastikan ketepatan dalam pelaksanaan ibadah sesuai dengan syariat Islam.
Melalui penggabungan kedua metode ini, diharapkan masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan keyakinan yang lebih kuat dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam agama.